Teacher Burnout bisa diartikan sebagai kelelahan dari seorang guru
dalam menjalani profesinya. Guru yang malas-malasan berbeda dengan guru yang
lelah dan stress akibat beban pekerjaan yang menggunung. Teacher burnout
jika dibiarkan akan membuat guru kehilangan minat mengajar dan dunia
pendidikan. Seorang guru yang terkena Teacher Burnout biasanya akan
meninggalkan profesi mengajar ditahun ketiganya.
Cara terbaik untuk guru agar terhindar dari Teacher Burnout adalah
dengan punya lingkaran pertemanan yang profesional di sekolah. Jika sebagai
guru anda merasa senang mengajar namun merasa tidak punya harapan dan semangat,
itulah ciri-ciri dari guru yang mengidap Teacher Burnout.
Pihak sekolah mesti cepat menyikapi guru yang terkena Teacher Burnout
karena akan berpengaruh pada kualitas mengajarnya. Guru baru atau muda pada saat
mulai mengajar, segera cari mentor supaya ada yang memberi pengarahan dan
petunjuk. Banyak guru yang segan berkata tidak, jadinya kebanyankan pekerjaan jadi
stress sendiri. Banyak guru yang sebenarnya terkena Teacher Burnout
namun ia tidak sadar, jadinya siswa yang menjadi korban.
Guru yang terjebak rutinitas rawan terkena Teacher Burnout, maka ia
harus mempunyai lingkungan lain selain disekolah. Guru yang senang pasang
target tinggi-tinggi rentan terkena Teacher Burnout sebab ia merasa tidak
berarti ketika gagal. Jauhi ruang guru yang isinya guru-guru yang jika bicara
nyinyir, nyelekit, dan gemar mengeluh ini dan itu. Hidup hanya sekali, carilah
teman sesama guru yang berpikir dan bersikap positif dalam kesehariannya baik
dalam berkata maupun tindakannya.
Sosial media bisa berperan banyak dalam membuat guru terhindar dari Teacher
Burnout dengan melakukan kegiatan blogging misalnya. Sosial media membantu
guru merasa kehidupan yang sebenarnya ada diluar sana, sehingga ia menjadi
tidak mudah stress dengan masalah disekolah. Sosial media membantu guru
memperluas wawasan dengan cara diskusi dan mengikuti perbincangan dengan topik
tertentu. Sosial media membantu guru belajar kembali tentang apa yang ia suka
dan keluar sejenak dari rutinitas mengajar. Menjadi guru yang bahagia tidak
hanya dibutuhkan rasa ikhlas, namun juga diperlukan sikap pandai membagi waktu
dan mencicil pekerjaan.
Guru yang bahagia ukurannya salah satunya tentu kesejahteraan dan bertambah
profesional ketika ia tersertifikasi. Banyak guru yang senang membawa pekerjaan
ke rumah, namun dirumah tidak disentuh, dan besok paginya dibawa lagi
kesekolah. Maka saat memilih menjadi guru, seseorang akan bahagia jika seimbang
dalam menjalani kehidupan sosial dan profesional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar